01/01/2016 - 02/01/2016 - Gudang Ilmu

Sunday, January 31, 2016

Pengertian, Fungsi, dan Macam-macam IC


7. IC (Integrated Circuit)
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana




IC adalah rangkaian terintegrasi atau terpadu yang merupakan kumpulan dari beberapa komponen, seperti diode, transistor, resistor, dan capasitor. Sebuah IC dapat berisi puluhan, ratusan, bahkan ribuan komponen. Dengan adanya IC ini rangkaian elektronik aja dilebih praktis dan tidak membutuhkan tempat yang lebar.
IC adalah salah satu kelompok dari semikonduktor. Kemasan IC terbuat dari bahan epoxy. Rumah IC disebut dengan “Chip” dan kaki-kakinya disebut dengan “Pin”. IC berfungsi sebagai penguat suara (audio amplifier), sebagai penstabil tegangan, sebagai regulator tegangann yaitu tegangan keluaran yang berubah-ubah dari sumberdaya.

IC memilki banyak kaki, meskipun ada yang memilki 3 kaki. Untuk yang kakinya banyak kita harus tahu bagaimana cara membaca urutan kakinya. Karena kalau salah dalam pemasangan bisa mengakibatkan IC rusak dan tidak bisa digunakan lagi. IC adalah komponen yang sensitif terhadap panas solder.
Untuk mengetahui kaki IC biasanya dibadannya sudah diberi tanda semacam titik/cekungan. Kaki yang dekat dengan cekungan itu adalah kaki nomor 1 urut ke belakang/ke samping adalah kaki 2, dst. Kaki yang ada disisi/diseberang kaki nomor 1 adalah kaki terakhir dari kaki IC.

Secara garis besar IC dapat dibagi menjadi 2, yaitu IC analog dan IC digital. IC analog berisi rangkaian penguatan, yang beroperasi dengan menggunakan sinyal sinosuidal, sedangkan IC digital berisi rangkaian jenis saklar on/off dan beropersi menggunakan tegangan 0 volt (low) dan 5 volt (high)..

Macam-macam IC

1. IC Op-Amp
Op-Amp adalah singkatan dari “operational amplifier”. IC op-amp digunakan sebagai rangkaian penguat. Penguatan pada op-amp merupakan penguatan yang tinggi, karena perubahan yang kecil pada input bisa mengakibatkan perubahan yang besar pada outputnya. Ini disebabkan adanya kepekaan terhadap inputnya, sehingga diperlukan umpan balik untuk mengurangi level kepekaan. Umpanbalik ada yang positif dan negatif. Umpan balik positif adalah umpan balik yang berguna meningkatkan penguatan, sedangkan umpan balik negatif berfungsi untuk mengurangi penguatan.
IC op-amp termasuk IC analog. Biasanya digunakan pada alat-alat seperti komputer, alat-alat hitung, alat-alat ukur elektronik, dsb. Contoh IC op-amp adalah IC 741.

       
2. IC Power Adaptor
IC power adaptor adalah IC yang digunakan pada rangkaian power suplay, adaptor atau regulator. Fungsi dari IC ini adalah untuk menstabilkan tegangan.
Contoh tipe IC-nya 7805, 7905, 7809, 7909, 7815, 7915. Misal 7805, berarti IC tersebut berfungsi untuk menstabilkan tegangan positif yang berkisar 5 volt, untuk yang 79xx digunakan pada tegangan negatif.


3. IC Power
IC power ini mempunyai bentuk fisik pipih dan lebih besar dari yang lain. Digunakan sebagai penguat suara pada rangkaian power amplifier. Daya output IC cukup besar. Berkisar antara 15 watt sampai 100 watt.
Yang termasuk IC tipe ini adalah: STK 015, STK 070, STK 105, LM 306, LM 380, LA 4440, TDA 2003, TDA 2030, TDA 2004, dll.

4. IC silinder
Seperti namanya IC ini berbentuk silinder. Dan banyak digunakan pada rangkaian HT (handy talky) dan CB (Citizan Band). IC jenis ini mempunyai ketahanan dan keawetan yang lebih lama daripada IC penguat lainnya.


5. IC timer 555
IC timer 555 mempunyai fungsi sebagai penunda waktu dan osilator. Pada rangkaian yang difungsikan sebagai pewaktu, yaitu penentuan waktu oleh besaran nilai resistor dan capasitor. Yang bisa dihitung dengan menggunakan rumus petruzella (1996). Waktu (detik)=1,1xR (ohm) x C (farad). Sedangkan pada rangkaian osilator adalah dengan membangkitkan sinyal untuk mengoperasikan rangkaian digital.

6. IC Digital
IC digital ini memuat gerbang-gerbang logika AND, OR, NOT, NAND, NOR, XOR. Sering digunakan pada aplikasi cepat. Namun pada perkembangannya IC digital banyak dipakai pada rangkaian elektronika, karena bentuknya yang kecil namun memiliki fungsi yang lengkap. 

IC adalah salah satu komponen yang mudah rusak karena panas, baik panas saat disolder maupun panas saat bekerja. Untuk menghindari panas saat disolder, maka perlu dipasang soket sehingga yang terkena panas adalah soketnya. Sedangkan untuk menghindari panas saat bekerja maka perlu diberi pendingin dari aluminium.


Bagi yang ingin mendownload silahkan klik link download dibawah ini.
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN....

Download


Pengertian Fungsi dan Macam-macam Thyristor (DIAC, TRIAC, SCR)

Thyristor



Thyristor adalah kependekan dari thyratron dan transistor. Jadi thyristor ini sama dengan tabung transistor. Ada beberapa komponen yang termasuk thyristor antara lain PUT (Progammable Uni-Transistor), UJT (Uni Juncton Transistor), GTO (Gate Turn Of Switch), dan SCR.
Thyristor terbuat dari bahan semikonduktor. Meskipun bahannya sama tapi struktur P-N junction lebih komplek dibanding transistor dan MOS. Komponen ini lebih digunkan sebagai saklar (switch) daripada digunakan sebagai penguat arus atau tegangan seperti transistor. Pada dasarnya thyristor terdiri dari 4 lapis diode dengan susunan PNPN. Lihat gambar dibawah!

Jika dipilah maka akan tampak bahwa thyristor tersusun atas 2 trnasistor yang tersambung pada masing-masing kolektor dan base nya. Jika digambarkan transistor 1 sebagai Q1 dan transistor 2 sebagai Q2, maka bisa digambarkan seperti gambar dibawah:

Terlihat disini bahwa kolektor Q1 tersambung pada base Q2 dan sebaliknya kolektor Q2 tersambung pada base Q1. Rangkaian transistor yang demikian menunjukkan adanya loop penguatan arus ditengah.
Misalnya ada arus sebesar Ia yang mengalir melalui base Q2 maka aka nada arus Ib yang mengalir pada kolektor Q2. Arus kolektor ini merupakan arus base Ia Q1. Sehingga akan ada penguatan pada kolektor Q1.

Arus kolektor Q1 adalah arus bagi base Q2. Demikian seterusnya sehingga makin lama sambungan P-N dibagian tengah semakin kecil dan hilang. Jadi yang tersisa adalah sambungan P-N diluar.
Dengan demikian susunannya menjadi P (abode) dan N (katoda) seperti pada diode yang sudah kita kenal. Pada keadaan seperti ini thyristor dalam keadaan ON, dan dapat mengalirkan arus dari anoda ke katoda seperti halnya diode.

Tapi bagaimana jika thyristor diberi beban lampu dan arus DC seperti pada gambar, dan dialiri tegangan dari 0-3 volt. Apa yang akan terjadi jika tegangan dinaikkan dari 0 menjadi 3 volt? Yang terjadi adalah lampu tetap padam, karena sambungan NP ditengah mendapatkan reverse bias. Sehingga arus tidak dapat mengalir atau arus yang mengalir kecil. Dalam keadaan ini thyristor dalam keadaan OFF.
Arus yang melewati sambungan NP tidak akan mengalir sampai adanya arus holding. Arus holding adalah batas beban arus yang dapat membuka gerbang thyristor. Arus juga tidak akan mengalir sampai adanya tegangan breakdown yang melalui sambungan NP yang membuat reverse bias mengecil dan hilang. Tegangan ini disebut dengan “tegangan breakover” atau “Vbo”.

Yang termasuk dalam kelompok thyristor adalah SCR, SCS, TRIAC, DIAC. Untuk DIAC meskipun struktrunya tidak seperti thyristor, namun cara kerjanya sama dengan thyristor.
Mari kita bahas satu persatu:

1. SCR
Agar thyristor menjadi ON, bisa didapatkan dengan cara memberi arus trigger pada lapisan P yang dekat dengan katoda, pada lapisan PNPN. Pin trigger ini disebut dengan “gate”, karena gate ini dekat dengan katoda bisa disebut juga “gate katoda”. Begitulah SCR dibuat. Lihat gambar dibawah!

Ternyata dengan memberi arus yang besar pada gate, dapat menurunkan tegangan breakover/Vbo, yang merupakan tegangan minimal yang dibutuhkan SCR untuk menjadi ON.
Sampai besar arus gate tertentu, ternyata makin mudah membuat SCR menjadi ON. Bahkan dengan tegangan forward yang kecil sekalipun, misalnya 1 volt atau lebih kecil lagi.

Adapun cara kerja SCR dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pada saat gate terbuka dan anoda diberi tegangan positif sedangkan katoda diberi tegangan negative, maka arus anoda yang mengalir dari anoda ke katoda sama dengan jumlah arus-arus bocor dari kolektor Transistor 1 dan Transistor 2. 

SCR singkatan dari “Sillicon Controlled Rectified” artinya penyearah silicon yang terkendali. Yang biasanya dalam praktek sehari-hari digunakan sebagai pengaturan daya dan saklar arus otomatis.
Penggunaan SCR sebagai pengaturan daya atau saklar arus otomatis sangatlah menguntungkan. Karena tidak ada aus pada sambungan karena terbakar, tidak menimbulkan busur api, hanya memerluka sedikit komponen tambahan. SCR bisa digunakan untuk mengatur daya yang besar-besar pada mesin-mesin mekanik.  Sedangkan SCR sendiri membutuhkan daya/arus yang sangat kecil.
SCR ini memiliki berbagai macam daya dan arus, misalnya saja SCR yang memiliki daya dan kuat arus sebesar 100 V/2 A. ini berarti SCR tersebut hanya dapat digunakan tidak lebih dari 2 A atau tak lebih dari 200 watt.

Namun dewasa ini selain digunakan sebagai pengatur daya dan saklar, SCR juga digunakan sebagia pengatur kecepatan motor dan pengisian baterrai. Rangkaiannya bisa dilihat seperti pada gambar dibawah.


2. SCS (Sillicon Controlled Switch)
SCS ini juga tersusun dari lapisan PNPN, hanya saja SCS memilki 4 elektroda, yaitu: anoda, gate anoda, gate katoda, dan katoda. Seperti gambar dibawah.

Untuk gate anoda dibutuhkan trigger reverse bias atau trigger negative sedangkan gate katoda dibutuhkan trigger forward bias atau trigger positif untuk menutup SCS. Sedangkan untuk membuka SCS dibutuhkan arus reverse bias trigger yang besar pada gate anoda. Sehingga SCS ini jarang sekali digunakan.  

3. TRIAC
TRIAC pada dasarnya mempunyai prinsip kerja yang sama dengan SCR. Namun SCR hanya bisa melewatkan arus dari satu arah saja atau diistilahkan dengan “uni-directional” yaitu dari anaoda ke katoda. Sedangkan TRIAC bisa mengalirkan arus secara bolak-bailk atau diistilahkan dengan “bi-directional”. Jadi sebenarnya TRIAC adalah 2 SCR yang diparalel, dengan satu gate.


4. DIAC
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa secara struktur DIAC tidak termasuk thyristor, namun secara prinsip kerja DIAC digolongkan dalam thyristor. DIAC tersusun atas sambungan PNP seperti pada transistor. Kalau transistor lapisan N dibuat tipis, sehingga electron mudah mengalir. Sedangkan pada DIAC lapisan N dibuat tebal sehingga electron sukar untuk mengalir. Ini sama saja dengan gabungan antara lapisan PN dengan NP. Sehingga dalam literature DIAC dipandang sebagai diode. Lihat gambar!

DIAC memang didesain agar sulit mengalirkan arus 2 arah. Kecuali dengan tegangan breakdown tertentu barulah DIAC mengalirkan arus bolak-balik, dari anoda ke katoda dan sebaliknya. Kurva karakteristik hampir sama TRIAC, hanya saja yang perlu diketahui berapa tegangan breakdownnya. Pada umumnya DIAC digunakan untuk mentrigger TRIAC agar ON pada tegangan input tertentu yang relatif tinggi.
 
Bagi yang ingin mendownload silahkan klik ling download dibawah ini
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN




Saturday, January 30, 2016

Pengertian, Fungsi serta Macam-Macam Jenis Trafo


5. Transformator
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana

simbol trafo

Transformator atau yang sering disebut dengan “trafo” adalah termasuk komponen pasif yang digunakan untuk memindahkan tegangan listrik AC dari suatu gulungan kawat ke gulungan kawat yang lain melalui inti besi dengan tegangan tertentu.

Pengertian, Fungsi, dan Jenis-jenis Komponen Transistor

4. Transistor
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana


Hampir semua peralatan elektronik yang kita miliki di rumah pasti menggunakan komponen yang namanya transistor. Dulu sebelum transistor ditemukan, semua perangkat elektronik memakai lampu tabung yang besar-besar. Makanya tidak heran kalau komputer pertama berukuran sebesar lemari. Namun setelah ditemukannya transistor peralatan elektronika dapat dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dan rapi.

Transistor pertama kali ditemukan pada tahun 1948 oleh sarjana-sarjana Amerika Serikat yang bekerja pada “Bell Telephone Laboratories”. Mereka adalah J Bardeen, W.H Brattain dan W. Shockley.

Transistor berasal dari kata transfer dan resistor. Transfer berarti pemindah atau perubah sedangkan resistor berarti penahan atau penghambat. Secara terminology transistor berarti: “merubah suatu bahan campuran atom dalam proses kimia, dari bahan yang bukan penghantar menjadi bahan penghantar atau setengah penghantar.”  Oleh karena itu transistor sering disebut dengan semikonduktor. Adapaun bahan-bahan pembentuk transistor adalah: Silicon (Si),  Germanium (Ge), Arsenikum (As), Indium (In), Galium (Ga), dan lain-lain.

Pada dasarnya transistor merupakan sambungan dari 2 buah dioda yang disambung sedemikian rupa sehingga membentuk transistor dengan tipe PNP (positif negatif positif) dan tipe NPN (negatif positif negatif). Oleh karena itu transistor memiliki 3 kaki/elektroda, yaitu:
a. Basis, disingkat B, berfungsi untuk mengatur dan mengemudikan gerakan-gerakan electron dalam transistor.
b. Collector, disingkat C, berfungsi untuk menarik dan menyalurkan electron keluar dari transistor.
c. Emitor, disingkat E, berfungsi untuk menimbulkan atau menghasilkan electron dalam transistor.

Dalam rangkaian elektronika banyak sekali fungsi transistor diantaranya adalah sebagai berikut:
Penguat arus/tegangan
Saklar elektronik
Pembangkit getaran listrik
Penyimpan sinyal getaran listrik
Sebagai penyearah
Sebagai osilator
Sebagai mixer

Berdasarkan kegunaannya transistor dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Transistor frekuensi tegangan tinggi, dan
b. Transistor frekuensi tegangan rendah

Transistor mempunyai ribuan tipe, tapi secara garis besar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. BJT (Bipolar Junction Transistor)
Transistor dapat berfungsi sebagai kran listrik. Nah BJT adalah tipe transistor yang bekerja berdasarkan arus inputnya. BJT terdiri dari 2 dioda yang kutub positif atau negatifnya saling berhimpit serta memilki 3 kaki seperti yang sudah dijelaskan diatas. BJT dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

a. PNP
Dibuat dengan cara meletakkan bahan semikonduktor tipe N diantara 2 tipe P, maka akan terbentuk transistor tipe PNP. Transistor PNP akan bekerja apabila tegangan basis lebih rendah daripada tegangan emitter. Untuk mengetahui apakah transistor itu berjenis PNP bisa dilakukan dengan menggunakan multitester atau dengan cara melihat kode yang tertera pada transistor tersebut, untuk yang jenis PNP biasanya menggunakan huruf A atau B. Contoh, A 733, B 512, SA 101, SB 103, dll.

b. NPN
Dibuat dengan meletakkan bahan semikonduktor tipe P diantara 2 tipe N. Maka akan terbentuk transistor tipe NPN. Transistor NPN akan bekerja apabila tegangan emitter lebih rendah daripada tegangan basis. Untuk mengetahui transistor berjenis NPN bisa menggunakan multitester atau dengan melihat kode yang tecantum. Untuk jenis NPN biasanya menggunakan kode huruf C atau D. contoh C 945, D317, SC 460, 2SC372, dll. 

2. FET (Field Effect Transistor)
FET adalah jenis Transistor Unipolar yang dibikin khsusus. Tidak seperti transistor biasa yang menghantar apabila dialiri arus di basis, transistor FET akan menghantar apabila diberi tegangan (jadi bukan arus) berdasarkan. Berbeda dengan tipe BJT, elektroda-elektroda pada transistor tipe FET diberi nama dengan Source (S), Gate (G), dan Drain (D). 

Beberapa kelebihan FET dibandingkan dengan transistor biasa ialah antara lain penguatannya yang besar, serta desah yang rendah. Karena harga FET lebih mahal, maka FET hanya digunakan pada bagian-bagian yang memerlukan. Seperti halnya transistor, ada 2 jenis FET yaitu kanal N dan kanal P. Selain itu FET dibagi menjadi beberapa jenis:

a. JFET (Junction FET), menggunakan pertemuan P-N yang diberi tegangan balik (reverse bias) untuk memisahkan “gate” dan “body”.

b. MOSFET (Metal Oxide Semiconduktor FET), menggunakan isolator antara gate dan body.

c. MESFET (Metal Semiconduktor FET), pertemuan P-N pada JFET diganti dengan penghalang Schottky, digunakan pada GaAs dan bahan semikonduktor lainnya.

d. HEMT (High Electron Mobility Transistor/transistor dengan pergerakan electron tinggi), isolator antara gate dan body dibentuk dari material yang memiliki lebar celah berbeda.

e. FREDFET (Fast Reverse Epitaxial Dioda FET/FET diode epitaksial cepat bailk atau pulih), FET yang di desain khusus untuk mempercepat pemulihan (pemulihan) diode pada body.

f. IGBT (Insulated Gate Bipolar Transistor), piranti pengendali daya tinggi. IGBT memiliki struktur yang hampir sama dengan MOSFET dan disambung dengan kanal konduksi utama yang mirib transistor 2 kutub.  IGBT sering digunakan pada tegangan tinggi, yaitu sekitar 200 volt sampai 3000 volt. Sedangkan MOSFET digunakan pada kisaran tegangan antara 1-200 volt.

g. ISFET (Ion-Sensitive FET), digunakan untuk mengukur konsentrasi ion pada latihan. Ketika konsentrasi ion berubah (seperti pH), maka arus yang mengalir melalui transistor juga berubah.

h. DNAFET, merupakan FET yang khusus berfungsi sebagai biosensor dengan menggunakan gerbang yang dibuat dari molekul salah satu helai DNA untuk mendeteksi helaian DNA yang cocok.

Bagi yang ingin mendownload versi .doc silahkan klik ling download dibawah ini
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN




Pengertian, Fungsi, dan Macam-macam Komponen Kapasitor

2. Kondensator
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana


Kondensator dalam fisika disebut “capasitor”. Kapasitor adalah salah satu komponen elektronika yang mampu menyimpan energy listrik dalam waktu tertentu. Muatan ini akan tetap tersimpan selama tidak ada konduksi diantara kedua ujung kakinya. Besar kemampuan untuk menyimpan arus atau muatan listrik dinyatakan dalam satuan farad, seperti nama orang yang menemukannya yaitu “Michael Faraday” (1791-1867). Besaran yang  diukur pada sebuah kapasitor disebut dengan kapasitansi yang dinotasikan dengan huruf “C”.
Satu farad adalah apabila kapasitor diberi tegangan 1 volt dapat menyimpan tenaga 1 coloumb. Pada dasarnya kapasitor terdiri dari 2 plat penghantar yang tengahnya diberi isolator. Isolator pada kapasitor disebut “dielektrikum” (dielektrika).

Besarnya nilai kapasitansi kapasitor tergantung dari beberpa hal, yaitu sebagai berikut:
1. Luas plat penghantar
2. Jarak antara plat penghantar/tebalnya isolator
3. Konstanta jenis dielektrikum yang dipakai

Berikut adalah contoh konstanta bahan dielektrikum yang disederhanakan:
Udara vakum k=1
Aluminium oksida k=8
Keramik k=100-1000
Gelas k=8
Polyethylene k=3

Umumnya kapasitor yang ada dipasaran memilki satuan µf dibaca microfarad (10-6F), nF/nanofarad (10-9F), pF/picofarad (10-12F). Mengetahui konversi kapasitor sangatlah penting, karena akan memudahkan pembacaan nilai kapasitansi kapasitor, misalnya 0,0068 µF sama dengan 6,8 nF atau 47 nF sama dengan 47000 pf.

Fungsi Kapasitor:
Sedangkan dalam praktek, kapasitor digunakan untuk:
1. Membangkitkan dengan frekuensi tertentu.
2. Sebagai filter pada rangkaian arus rata (rangkaian adaptor).
3. Untuk menghubungkan antara sirkuit dengan sirkuit berikutnya.
4. Mencegah loncatan bunga api listrik saat saklar dihubungkan 
5. Memilih panjang gelombang pada radio penerima
6. Untuk meredam noise atau ripple

Dalam rangkaian amplifier capasitor berfungsi sebagai berikut:
1. Copling (penghubung) menghubungkan rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain.
2. Bloking (penahan) yaitu menahan arus DC
3. By pass (pintasan) yaitu melewatkan arus bolak-balik
4. High pass (lulus atas) yaitu melewatkan nada tinggi
5. Low pass (lulus bawah) yaitu melewatkan nada rendah

Kapasitor bisa dibagi menjadi kapasitor polar dan non polar. Kapasitor non-polar adalah kapasitor yang pemasangannya kaki-kakinya bisa dibolak-balik, sedangkan yang polar pemasangannya harus sesuai, kaki positif dipasang dikutub positif kaki negatif dipasang dikutub negatif. Dalam bentuk nyatanya kapasitor polar biasanya kaki positifnya lebih panjang daripada yang negatif, atau pada badannya terdapat garis-garis putih itu menunjukkan kaki negatif.

Macam-macam kapasitor:

1. Kapasitor tetap
Yaitu kapasitor yang nilainya tidak dapat diubah karena sudah tertera dibadannya, yang termasuk kapasitor tetap adalah sebagai berikut:

a. Elco (elektrolit capasitor)
Adalah salah satu jenis kapasitor polar karena polar jadi pemasangan kaki-kainya tidak boleh dibalik, kalau dibalik maka bisa meledak. Elco biasanya berbentuk tabung dan memilki kapasitas yang besar diatas 1 mikrofarad, bahan dielektriknya terbuat dari garam aluminium.

b. Kapasitor keramik
Kapasitor yang bahan dielektriknya terbuat dari keramik dan termasuk salah satu kapasitor non-polar, jadi pemasangannya bisa dibolak-balik. Kapasitasnya kecil dibawah 1 mikrofarad. Kalau dibadannya tertulis “103” nilai kapasitansinya sama dengan 1o.ooo pF=1o KpF=0,01µF. kapasitor ini digunakan pada rangkaian penguat frekuensi tinggi. Berbentuk bulat pipih.

c. Kapasitor mika
Kapasitor yang bahan dielektriknya terbuat dari mika, tidak memilki polaritas dan nilai kapasitasnya kecil dibawa 1 mikrofarad. Mempunyai bentuk fisik bulat, kecil, pipih berwarna coklat. Digunakan pada rangkaian penguat frekuensi tinggi dan menengah.

d. Kapasitor kertas (mylar)
Kapasitor ini disebut juga dengan kapasitor pidder, tidak mempunyai polaritas. Nilai kapasitasnya sekitar 10nF sampai 10µF dengan toleransi 10% dan tegangan maksimum 600 volt. Jadi kapasitor kertas cocok digunakan pada pada suhu dan frekuensi tinggi. Biasanya dipasang seri dengan spul oscillator dan varco (variable condensator) pada rangkaian radio.

e. Kapasitor polyester
Kapasitor yang bahan dieletriknya terbuat dari polyester, digunakan pada rangkain penguat frekuensi menengah dan tinggi tidak mempunyai polaritas. Nilai kapasitasnya sekitar 100pF sampai 2F dengan toleransi 5 % dan tegangan maksimum 400 volt. Berbentuk persegi empat agak besar biasanya berwarna coklat atau hijau. Penulisan nilainya dengan menggunakan kode yang disebut dengan notasi 3 angka, seperti pada kapasitor keramik.

f. Kapasitor tantalum
Kapasitor tantalum adalah salah satu kapasitor polar yang memilki kutub postif dan negatif pada kakinya, jadi pemasangannya tidak boleh terbalik, jika terbalik akan meledak. Cocok digunakan pada jangkauan tegangan dan frekuensi yang luas.

2. Kapasitor variable (nilai kapasitansinya dapat diubah-ubah)

a.Varco (variable condensator)
Adalah kapasitor yang nilainya dapat diubah-ubah biasanya berkisar antar 0-500 pF. Perubahannya berdasarkan gelombang radio, dielektriknya terbuat dari udara elektromagnetik. Terbuat dari logam, yang terdiri dari rotor dan stator yang dapat memilih gelombang radio dari pemancar.

b. Trimmer
Biasanya dipasang secara parallel dengan varco. Berfungsi untuk menepatkan gelombang radio. Memiliki kapasitas kurang dari 100 pF.
Rangakain kapasitor:

1. Rangkaian seri
Rumus menghitung nilai C rangkaian seri
1/Cs=1/C1+  1/C2+  1/C3+⋯1/C4

2. Rangkaian parallel
Rumus menghitung nilai C rangkaian seri
Cp = C1 + C2 + C3 +….C4 

Bagi yang ingin mendownload versi .doc silahkan klik link download dibawah ini
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN




Pengertian, Fungsi, dan Macam-macam Komponen Dioda

3. Dioda
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana


Dioda merupakan sambungan bahan semikonduktor tipe P-N yang berfungsi sebagai penyearah arus listrik, yaitu listrik AC menjadi DC. Bahan tipe P menjadi kaki “Anoda” disingkat “A” dan bahan N menjadi kaki “Katoda” disingkat “K”. 

Tipe N diperoleh dari bahan semikonduktor yang dikotori dengan bahan pospor atau arsen. Sedangkan  tipe P diperoleh dari bahan semikonduktor yang dikotori dengan bahan boron atau aluminium.

Si+P/As = semikonduktor jenis N
Si+B/Al = semikonduktor jenis P

Apabila kaki anoda diberi tegangan positif dan katoda diberi tegangan negatif maka dioda akan mengalirkan tegangan atau biasa disebut dengan “forward bias”, tapi jika kaki anoda diberi tegangan negatif dan katoda diberi tegangan positif maka dioda akan bersifat menghambat atau biasa disebut dengan “reverse bias”. 

Untuk dioda yang terbuat dari bahan silicon biasa disebut dengan tipe DUS, yang termasuk dalam tipe DUS diantaranya: 1N4148, 1N4001, 1N914, BA211, BA317, BA318, BAX13, dan lain-lain. Sedangkan dioda yang terbuat dari bahan germanium biasa disebut dengan tipe DUG, yang termasuk dalam tipe diantaranya: AA116, OA85, OA91, dan lain-lain.

Disini dioda juga memiliki batas kapasitas, jika tegangan yang diberikan melebihi batas kapasitas dioda maka dioda akan mengalami “breakdown voltage” atau “tegangan jatuh”.

Berdasarkan sifat dioda diatas, maka dioda dapat berfungsi sebagai berikut:
Penstabil tegangan (stabilizer)
Pengaman pesawat elektronika (mencegah tegangan DC terbalik)
Sebagai pemotong sinyal pada detektor
Sebagai penyearah arus pada adaptor (power suplay)
Sebagai indikator
Sebagai modulator
Sebagai pengendali frekuensi 

Macam-macam dioda

1. Dioda biasa/penyearah
Seperti namanya dioda ini berfungsi sebagai penyearah, yaitu menyearahkan arus bolak-bailk (AC) menjadi arus searah (DC). Biasanya dioda jenis ini adalah dioda yang terbuat dari bahan silicon yang dikotori atau yang lebih langka dari germanium. Tipe yang biasa digunakan dari dioda ini dalam rangkaian elektronika (adaptor) adalah: 1N4001, 1N4002.

2. Dioda foto
Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi untuk mendeteksi adanya cahaya yang kemudian diubah menjadi energi/arus listrik. Cahaya yang dapat dideteksi oleh dioda ini adalah cahaya tampak, infrared, ultraviolet, sampai sinar-X. Aplikasi dioda ini misalnya digunakan pada alat penghitung kendaraan di jalan secara otomatis, pengukur cahaya pada kamera digital, serta beberapa peralatan dalam bidang medis. 
Komponen yang memilki fungsi hampir sama dengan dioda foto adalah transistor foto. Pada dasarnya transistor foto adalah transistor bipolar yang menggunakan hubungan basis-colektor untuk menerima cahaya.

3. Dioda cahaya (LED/Light Emiting Dioda)
Lebih sering disebut dengan LED. Seperti yang sudah kita kenal LED adalah salah satu jenis diode yang merubah energy listrik menjadi energy cahaya. Warna cahaya yang dihasilkan sesuai dengan bahan semikonduktor yang digunakan. Bahan semikonduktor yang digunakan adalah bahan campuran, seperti: Galium Aluminium Arsenida (GaAlAs), Galium Fosfida (GaP), Galium Arsenida Fosfida (GaAsP), Galium Indium Fosfida (GaInP).

4. Diode laser
Diode laser adalah bahan semikonduktor yang radiasinya bersifat koheren (gelombang dengan frekuensi dan amplitude sama dengan beda fase yang tetap). Diode digunakan untuk membangkitkan sinar laser taraf rendah. Aplikasi dalam elektronika biasanya digunakan pada jaringan serat optik, optic compact disc (CD/DVD), dan mouse computer. Dan cara kerjanya hampir sama dengan LED.

5. Diode zener
Diode zener didesain sedemikian rupa sehingga jika tegangan yang mengalir melampaui batas (breakdown voltage/tegangan jatuh/tegangan zener), maka ia akan mengalir ke arah yang berlawanan. Misal ada tegangan 12 volt dilewatkan diode dengan ukuran 5 volt, maka tegangan yang melalui diode zener tersebut akan berubah sebesar 5 volt. Diode zener berfungsi sebagai stabilitator/regulasi tegangan.

6. Diode Varactor
Disebut juag diode kapasitansi variable atau disebut diode varicap. Sifat diode ini apabila dipasang terbalik akan berperan sebagai kondensator. Kapasaitansi tergantung tegangan yang masuk. Diode jenis ini banyak digunakan pada modulator FM dan juga pada VCO suatu PLL (Phase Lock Lope). 

Bagi yang ingin mendownload versi .doc silahkan klik link download dibawah ini
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN




Pengertian, Fungsi, dan Macam-macam Komponen Resistor

BAB 2
Komponen-Komponen Elektronika
Ditulis Oleh: Magister Pengelana
@Magister Pengelana



Secara garis besar komponen elektronika dibagi menjadi 2 jenis:

1. Komponen pasif
Komponen pasif adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan pasif (bukan semikonduktor), yang dapat digunakan tanpa tegangan minimal. Komponen tersebut antara lain: resistor, capasitor, transformator, sekering, saklar, dan lain-lain.

2. Komponen Aktif
Komponen aktif adalah komponen yang bekerja apabila ada tegangan minimal. Dan apabila diberi aliran listrik maka akan terjadi perubahan pada arus, tegangan, dan bentuk aliran listriknya. Komponen ini terbuat dari bahan-bahan semikonduktor (antara konduktor dan isolator) seperti silicon, germanium, gallium, dll. Yang termasuk dalam komponen aktif adalah diode, transistor, dan IC (Intregated Circuit).
Mari kita bahas komponen tersebut satu persatu.

a. Resistor 
Resistor adalah suatu hambatan listrik yang digunakan pada komponen elektronika. Resistor disebut juga dengan “werstand” disingkat dengan huruf “R” (Resistance) dan satuannya adalah ohm (Ω), yang menemukan adalah “George Ohm” (1787-1854) seorang ahli fisika dari Jerman.

Kemampuan resistor untuk menghambat disebut juga “resistensi” atau “hambatan listrik”. Suatu resistor dikatakan memiliki hambatan satu ohm apabila resistor tersebut menjembatani beda tegangan sebesar 1 volt dan kuat arus yang ditimbulkan sebesar 1 ampere, atau sama dengan 6,24x1018 elektron/detik mengalir berlawanan dengan arus listrik.

Berdasarkan bahan pembuatannya resistor terbuat dari zat arang yang berupa bubuk dicampur dengan bahan perekat yang dicetak pada pipa osilator, disesuaikan dengan nilai hambatan yang dikehendaki. Pada kedua ujung diberi kawat penghantar setelah itu ditutup dengan timah lalu dicat keras dan diberi kode gelang warna.

Ada juga resistor yang terbuat dari kawat nikelin yang digulungkan pada marmer atau kaca, sebelumnya kawat nikelin dioksidasikan terlebih dahulu. Nilai hambatan resistor yang terbuat dari arang relatif lebih rendah daripada yang terbuat dari nikelin. Untuk yang terbuat dari arang nilai hambatannya sekitar 1/4 sampai 3 watt, sedangkan yang terbuat dari nikelin bisa sampai ratusan watt.

Dalam rangkaian elektronika resistor memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Untuk memperkecil arus listrik
2. Untuk menurunkan tegangan listrik
3. Untuk membagi tegangan listrik
4. Untuk membagi tegangan listrik
5. Penentu frekuensi pada gelombang radio
6. Sebagai load atau beban

Macam-macam resistor
Berdasarkan penggunaannya resistor dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:

1. Resistor tetap (statis)
Resistor yang nilainya tidak dapat berubah atau tidak dapat diubah, karena nilainya sudah tertera dibadan resistor dengan kode gelang warna.

2. Resistor geser/variable
Resistor yang nilainya dapat diubah dari nol hingga yang tertinggi dengan cara menggeser atau memutar toggle, sehingga nilainya dapat kita tetapkan sesuai dengan kebutuhan. Resistor ini dibagi menjadi 2, yaitu:

a. Potensiometer
Potensiometer adalah salah satu jenis resistor yang nilainya dapat diubah-ubah dengan cara memutar toggle yang ada. Potensio memiliki 3 terminal, jika ketga terminal digunakan maka akan berfungsi sebagai rangkaian pembagi, tapi jika hanya 2 termina (bagian tengah dan salah satu sisi) yang digunakan maka akan berfungsi sebagai variable resistor atau rheostat. Biasanya untuk mengatur volume dan nada.

b. Trimpot
Trimpot fungsinya hampir sama dengan potensio, hanya saja cara mengubah nilai dengan cara memutar menggunakan obeng (sekali diubah untuk jangka waktu tertentu).

c. Multiturn
Multiturn adalah salah satu jenis resistor variable yang memiliki 3 kaki/terminal tapi tidak memiliki batas putaran pada kedua arahnya. Fungsinya hampir sama dengan potensio dan trimpot. Nilai resistannya dapat diubah dengan menggunakan obeng. 

d. LDR (Light Dependent Resistor)
LDR adalah resistor yang peka terhadap cahaya, karena itu nilai hambatannya tergantung adanya cahaya. Jika keadaan gelap (tanpa cahaya) maka nilai hambatannya semakin besar sampai dengan jutaan ohm, tapi jika keadaan terang maka nilai hambatannya menjadi semakin kecil. 

LDR biasanya digunakan untuk:
1. Rangkaian alat penjebak pencuri.
2. Rangkaian alat penghitung otomatis pada sebuah pertunjukkan.
3. Rangkaian alat pemadam dan lampu pada jalan.

3. NTC (Negative Temperature Coeficient)
NTC merupakan jenis resistor yang nilai hambatannya berubah karena perubahan suhu atau temperature. Jenis ini apabila terkena suhu dingin maka nilai hambatanya akan naik. Jika terkena suhu panas maka nilainya akan menurun sampai nol. NTC biasanya digunakan untuk:
1. Alarm tanda kebakaran
2. Pengontrol suhu ruangan

4. PTC (Possitive Temperature Coeficient)
PTC merupakan kebalikan dari NTC, yaitu jika terkena panas nilai hambatannya akan naik, tetapi jika keadaan suhu dingin maka nilai hambatannya akan menurun. Biasanya digunakan pada temperature mesin mobil.

Hal yang perlu diperhatikan dalam memilih resistor pada suatu rancangan selain besar hambatanya juga wattnya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus AC maupun DC, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik resistor semakin besar nilai disipasinya.

Rangkaian resistor
Kadang kala kita membutuhkan resistor dengan nilai yang tidak ada di pasaran. Misalnya 50kΩ, lalu bagaimana cara membuat nilai resistor sebesar 50kΩ? Caranya adalah dengan merangkai resistor secara seri atau parallel. Berikut untuk lebih jelasnya.

a. Rangkaian seri
Dengan menyusun resistor secara seri maka akan didapatkan nilai hambatan yang merupakan jumlah dari nilai resistor yang dirangkai. 
Rumus menghitung nilai hambatan R rangkaian seri:

 R = R1 + R2 + R3 +….Rn

b. Rangkaian parallel
Kebalikan dengan rangkaian seri, resistor yang disusun secara parallel maka nilai hambatannya akan semakin kecil.
Rumus menghitung nilai hambatan R rangkaian parallel:

1/Rp=1/R1+  1/R2+  1/R3+⋯1/Rn

Bagi yang ingin mendownload versi .doc silahkan klik link download dibawah ini
TAPI SEBELUM DOWNLOAD, MONGGO DI SHARE DULU YA...!!!! MATUR SUWUN