Ahad, 30 September 2012 aku
(Magister Pengelana) kembali mengembara. Kali ini tujuannya adalah tempat
wisata yang cukup terkenal di Jawa Tengah tepatnya di daerah Tegal, yaitu “Pemandian
Air Panas Guci”. Pada pengembaraan kali ini aku ditemani sama teman yang
bernama “Ahmad”. Kebetulan rumah ahmad di Pemalang (kota di pantura sebelum
tegal), jadi sebelum ke Guci kita mampir dulu di rumahnya ahmad.
Kita berangkat dari Semarang hari
sabtu, 29 September sekitar jam setengah 4 dan sampai di pemalang pas maghrib.
Sebelum menuju ke rumah ahmad kita mampir dulu di masjid untuk sholat maghrib
sekaligus jamak qoshor sama isya’, kita kan musyafir jadi diberi keringanan
untuk menjamak dan menqoshor sholat wajib, hehehe. Habis sholat baru kita
menuju ke rumahnya ahmad. Rasanya capek sekali, menempuh perjalanan kurang
lebih 3 jam. Kalau perut lapar mah udah pasti, hehehe
Ini saat yang paling ditunggu-tunggu
yakni makan malam, karena perut udah keroncongan. Tapi rasanya agak gak enak,
masak baru nyampai langsung makan, ntar abis itu langsung tidur…wah gak sopan
banget ya. Tapi apa boleh buat, emang biasanya juga seperti itu kok, hehehe.
Sebenarnya aku sudah sering main ke
rumahnya ahmad, jadi sudah ndak canggung lagi sama keluarganya. Ternyata
bapaknya ahmad lagi sakit, iba rasanya melihat keadaan bapaknya ahmad. Beliau
sudah cukup tua, kondisinya sudah lemah. Namun tiap hari beliau tetap bekerja
di pasar deket alun-alun pemalang, sebagai marketing emas. Tapi tidak jarang
beliau kena tipu, dikiranya emas ternyata bukan, bisa jadi kuningan, kan
warnanya sama. Luarbiasa….
Ya itu sedikit kondisi keluarga
ahmad, kalau ibunya sih masih seger. Jadi masih bisa mengimbangi keadaan
bapaknya. Kalau kakak-kakaknya bisa dibilang sudah punya penghasilan
sendiri-sendiri, sehingga kebutuhan keluarga tidak sepenuhnya ditanggung bapak
sama ibunya ahmad. Sekedar ngasih tahu, saudaranya ahmad itu 8 orang lho
termasuk ahmad wah banyak banget ya, dan semuanya sudah mandiri, tapi beberapa
sudah punya keluarga sehingga tidak se rumah lagi.
Ow ya abis makan ternyata aku belum
bisa tidur, nggak tahu padahal tubuh rasanya capek. Atau karena ada TV ya,
jadinya pengen nonton TV dulu, hehehe. Maklum di Semarang jarang nonton TV.
Seperti biasa kalau nonton TV malem, pasti akhirnya ketiduran. Nggak nyangka
nyamuk dirumah ahmad banyak banget,
entah udah berapa liter darahku yang sudah disedot sama nyamuknya ahmad.
Akhirnya jam setengah 2 aku bangun karna nggak tahan sama nyamuk yang terus
menggigit. Lalu aku pake semua senjataku (jaket, sarug tangan, kaos kaki, tutup
kepala, slayer) untuk melindungi dari serangan nyamuk. Baru setelah itu aku
bisa tidur dengan tenang.
Seperti rencana awal, bahwa keesokan
harinya kita akan pergi ke guci. Nah benar saja, setelah sholat subuh kita
langsung siap-siap untuk berangkat, tidak lupa sarapan dulu. Wah kali
sarapannya pake bubur ayam, nyaemmmm…enak, hehehe. Apalagi rasanya, rasa bayar,
he. Perjalanan dari pemalang ke guci kurang lebih 2 jam an, wah ternyata jauh
banget ya. Tapi nggak apa2 namanya udah niat, apalagi 2 jam, sehari saja nggak
masalah.
Abis sarapan kita langsung
berangkat, tidak lupa baca do’a agar selamat sampai tujuan, yaitu Semarang.
Benarkan tujuan kita semarang bukan Guci, karna di Guci Cuma mampir. Perjalanan
yang sangat luar biasa, pemandangan alam yang sangat mempesona. Dalam
perjalanan kanan kiri masih banyak hutan ada juga kebun kelapa, jadi hawanya
adem.
Sekedar cerita, tentang gaya naik
motor ahmad yang agak tidak terkontrol, hmmmm…sebenarnya itu membuatku takut,
tapi aku berusaha untuk tetep tenang. Bagaimana tidak aku hampir saja terjatuh
pas mau masuk jembatan, disitu jalannnya bergelombang dan ahmad langsung
ditrabas jadi aku terpental untungnya masih dimotor. Nggak tahu kenapa kok
ahmad bisa seperti itu, seolah-olah dia mengemudi tanpa ada yang bonceng.
Harusnya seorang pengemudi itu memperhatikan keselamatan yang diboncengkannya,
kecuali dia naik motornya sendiri.
Control kemudinya masih kurang
bagus, tidak sering juga mau nabrak kendaraan yang di depan. Jalan berlubang
ditrabas begitu saja. Membuat jantung mau copot. Apalagi pas jalan berkelok
yang naik turun, wah itu lebih ngeri lagi. Takutnya kalau beloknya terlalu melebar
lalu ada kendaraan di depan, kan bisa bahaya. Ya semoga ahmad baca tulisan ini,
agar lebih hati-hati kalau naik motor, he
Ya itu sekelas tentang cara ahmad
naik motor. Tapi rasa ketakutanku sedikit terobati ketika sudah sampai di
daerah perbatasan tegal-pemalang. Pemandangannya semakin memukau, suasana
pegunungan yang sejuk ditambah sinar mentari pagi yang menghangatkan. Samping
kanan dan kiri jalan terbantang luas perkebuanan ada tanaman sayur mayor tomat,
kol, wortel, cabe, bawang, dan masih banyak lagi ada juga tanaman stroberi dan
persawahan dengan sistem terasering menambah pemandangan semakin indah.
Suasananya benar-benar alami, asli
suasana pegunungan dan pedesaan. Membuat hati ingat akan keagungan sang Maha
Pencipta Allah SWT. Suasana yang tidak akan kita temukan diperkotaan daerah
dataran rendah, yang penuh dengan asap kendaraan, polusi pabrik-pabrik industri
dan hawanya yang panas karena jarang ada pohon. Ya meskipun di satu sisi
perkotaan banyak menyediakan barang-barang kebutuhan manusia.
Setelah melewati jalanan yang naik
turun , ya maklum karena memang dearah pegunungan. Akhirnya kita sampai juga di
Gerbang Wisata Air Panas Guci. Di sana kita disetop sama orang yang tidak
dikenal, dan kita dipalaknya tapi cara malaknya sangat halus kita dimintai uang
sebesar Rp. 15.000,- untuk orang 2, tapi abis itu kita dikasih tiket masuk,
hehehe ya iyalah namanya juga penjaga pintu masuk.
Kita
pun masuk tanpa ragu dan terus melaju tanpa henti, ya karna kita nggak tahu
dimana letak air panasnya, he…malah aku melihat banyak bis, kok disini ada
terminal ya, pikirku…ternyata itu bukan terminal tapi parkir bis pariwisata
yang berkunjung ke Guci. Wah nggak nyangka banyak sekali yang datang ke Guci,
ya mungkin karna weekend juga. Jadi untuk mengisi liburan.
Kita melaju terus tapi semakin lama
kok semakin sepi, semakin ndak banyak rumah kita jadi tambah bingung ini
sebenarnya benar nggak jalannya. Malah di depan kita bertemu sama 2 orang yang
tidak dikenal, lagi-lagi kita mau dipalak. Kitapun melawan, “lho tadi depan kan
udah bayar mas”. Tapi masnya melawan, “ya, kalau yang didepan untuk biaya masuk
orangnya, kalau disini untuk motor ms,” wah akhirnya kita harus merogok saku
yang semakin dalam, kita dimintai uang 5 ribu. “Motor masuk aja bayar 5 ribu,
wah mending tadi jalan kaki, pikirku.” Ya udah lah gak apa-apa sudah terlanjur,
tapi tidak akan terulang untuk yang kedua kalinya, hehehe.
Setelah nanya sama orang-orang yang
kita temui dijalan, walaupun kita sempet muter-muter bingung tanpa arah.
Akhirnya kita menemukan tempat yang kita tuju, yaitu pemandian air panas Guci. Masih
belum banyak orang, setelah parkir, sekedar ngasih tau parkirnya 3 ribu dan
dibayar di depan. Habis itu kita langsung jalan menuju tempat pemandian. Banyak
orang yang lagi mandi, tapi aku nggak berminat untuk mandi, ya meskipun tadi
pagi belum mandi, hehehe.
Tapi aku pengen raup (mencuci wajah),
aku kaget setelah air menampar wajahku. Ternyata air disungai juga panas,
kirain dingin. Wah….
Aku masih penasaran dengan asal usul
namanya guci, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya sama petugas
keamanan yang berjaga disana. Bapaknya cerita jadi dulu disni ada orang yang
sakit dan ndak sembuh-sembuh, tiba-tiba ada wali Allah (orang yang dekat dengan
Allah) datang. Beliau mengambil air di salah satu sungai dengan menggunakan
guci, lalu mengobati orang sakit tersebut dengan cara menuang air di dalam
guci. Jadi deh nama desa itu di sebut “Guci”. Owalah jadi gitu ceritanya…sudah
bisa ditebak, pasti ada hubungannya dengan guci, tai gak tahu kalau ada
kaitanyya dengan wali Allah.
Ada banyak hal yang ingin aku
ceritakan tentang guci, di guci itu ada yang namanya pancuran 7, pancuran 5,
pancuran 13. Yang pancuran 7 itu ada juru kuncinya, jadi tidak semua orang
boleh kesana kecuali diijinkan sama juru kuncnya. Kalau pancuran 5 itu airnya
langsung dari sumbernya tanpa ada perantara semacam pralon atau yang lainya,
sedangkan kalau pancuran 13 itu tempat pemandian biasa seperti namanya jumlah
pancurannya ada 13. Trus ada beberapa curug, tapi aku nggak berniat kesana.
Bisa dibilang udah bosen lihat curug, paling gitu-gitu aja, apalagi ini musim
kemarau pasti airnya sedikit.
Selain itu ada tempat perkemahan
juga, kayaknya seru deh kalau kemah disana. Kan tempat wisata jadi banyak
oaring, he
Setelah berkeliling disekitar guci,
rasanya gak afdhol kalau pulang tanpa membawa oleh2. Aku jadi teringat temenku
si “udin” yang minta dibawain oleh2. Dasar bocah bisanya cuma minta oleh2, tapi
jarang bawa oleh2. Dari sekian banyak pedagang dengan berbagai macam dagangan,
mulai dari makanan, pakaian, pernak-pernik, aku hanya tertarik dengan penjual
sayur-mayur. Melihat sayur yang segar-segar membuatku jadi pengen beli. Ya udah
tanpa piker panjang aku langsung mendekat dan coba memilih sayuran apa aja yang
dijual. Setelah membolak-balik, aku menemukan ubi-uban khas pegunungan, orang2
menyebutnya “ganyong”, bentuknya seperti laos tapi gede. Dan rasanya kalau
direbus, agak-agak manis dan kenyal gimana gitu, hehehe. Setelah itu aku juga
tertarik sama tomat yang warnanya begitu mengggoda yaitu merah merona, satu
lagi yang membuatku tertarik yaitu kentang, bentuknya yang bulet-bulet
membuatku gemes dan membuatku pengen membawanya pulang. Setelah menawar-nawar
akhirnya aku dapatkan harga Rp. 12.000,- untuk ketiga bungkus sayur tsb.
Tapi masak si “udin” tak bawain
sayur2an kaya gitu, apa ya dia mau makan. Akhirnya untuk memenuhi request si
udin aku belikan dia apel kecil-kecil, dengan harga Rp. 10.000.-/plastik. Gantian
si ahmad yang mau beli oleh-oleh, karena aku tadi habis beli sayur2an, sekarang
ahmad mau beli makanan khas tegal, yaitu “krupuk” entah apa namanya. Yang pasti
itu dari keluarga krupuk, hehehe. Tidak lupa menyisihklan uang untuk membeli
bensin, karena uang kita memang terbatas.
Setelah beli oleh-oleh udah saatnya
untuk pulang ke Pemalang baru habis itu langsung cekout ke Semarang. Perjalanan
ke pemalang begitu cepat seitar 1 setengah jam. Padahal waktu berangkat hampir
2 jam. Atau mungkin karena jalanya yang turun ya. Yang pasti gaya menyetir
ahmad masih seperti biasa, control kemudinya kurang bagus. Berkali-kali membuat
jantungku mau copot. Tapi Alhamdulillah akhirnya sampai juga di rumah ahmad.
Dengan keadaaan masih utuh tentunya, he
Pengembaraan yang luar biasa, meski
agak menguras kantong. Tapi nggak apa-apa yang penting rasa penasaranku
terobati. Oke kawan sudah saatnya untuk pulang ke semarang, karena nanti jam 4
aku ada acara. Setelah pamitan dengan keluarganya ahmad serta membawa
barang-barang yang perlu kita bawa, kali ini kaya orang mau pindahan ada kompor
gas, tabung gas, panic, serta oleh-oleh yang baru saja kita beli dari guci.
Bener-bener kaya orang mau mudik. Sampai-sampai aku sulit bergerak, karena
motornya udah penuh.
Tapi Alhamdulillah sekali, akhinya
sampai juga di Semarang dengan selamat. Saatnya untuk melakukan aktivitas
selanjutnya.
Oke kawan2 itu tadi ceritaku waktu
jalan-jalan ke guci. Nantikan pengembaraan yang selanjutnya. Tentu saja dengan cerita
yang tidak kalah seru.
Salam dari “Magister Pengelana”