Asal Usul Nama Wisata Guci Tegal - Gudang Ilmu

Thursday, October 4, 2012

Asal Usul Nama Wisata Guci Tegal



            Ahad, 30 September 2012 aku (Magister Pengelana) kembali mengembara. Kali ini tujuannya adalah tempat wisata yang cukup terkenal di Jawa Tengah tepatnya di daerah Tegal, yaitu “Pemandian Air Panas Guci”. Pada pengembaraan kali ini aku ditemani sama teman yang bernama “Ahmad”. Kebetulan rumah ahmad di Pemalang (kota di pantura sebelum tegal), jadi sebelum ke Guci kita mampir dulu di rumahnya ahmad.

            Kita berangkat dari Semarang hari sabtu, 29 September sekitar jam setengah 4 dan sampai di pemalang pas maghrib. Sebelum menuju ke rumah ahmad kita mampir dulu di masjid untuk sholat maghrib sekaligus jamak qoshor sama isya’, kita kan musyafir jadi diberi keringanan untuk menjamak dan menqoshor sholat wajib, hehehe. Habis sholat baru kita menuju ke rumahnya ahmad. Rasanya capek sekali, menempuh perjalanan kurang lebih 3 jam. Kalau perut lapar mah udah pasti, hehehe
            Ini saat yang paling ditunggu-tunggu yakni makan malam, karena perut udah keroncongan. Tapi rasanya agak gak enak, masak baru nyampai langsung makan, ntar abis itu langsung tidur…wah gak sopan banget ya. Tapi apa boleh buat, emang biasanya juga seperti itu kok, hehehe.
            Sebenarnya aku sudah sering main ke rumahnya ahmad, jadi sudah ndak canggung lagi sama keluarganya. Ternyata bapaknya ahmad lagi sakit, iba rasanya melihat keadaan bapaknya ahmad. Beliau sudah cukup tua, kondisinya sudah lemah. Namun tiap hari beliau tetap bekerja di pasar deket alun-alun pemalang, sebagai marketing emas. Tapi tidak jarang beliau kena tipu, dikiranya emas ternyata bukan, bisa jadi kuningan, kan warnanya sama. Luarbiasa….
            Ya itu sedikit kondisi keluarga ahmad, kalau ibunya sih masih seger. Jadi masih bisa mengimbangi keadaan bapaknya. Kalau kakak-kakaknya bisa dibilang sudah punya penghasilan sendiri-sendiri, sehingga kebutuhan keluarga tidak sepenuhnya ditanggung bapak sama ibunya ahmad. Sekedar ngasih tahu, saudaranya ahmad itu 8 orang lho termasuk ahmad wah banyak banget ya, dan semuanya sudah mandiri, tapi beberapa sudah punya keluarga sehingga tidak se rumah lagi.
            Ow ya abis makan ternyata aku belum bisa tidur, nggak tahu padahal tubuh rasanya capek. Atau karena ada TV ya, jadinya pengen nonton TV dulu, hehehe. Maklum di Semarang jarang nonton TV. Seperti biasa kalau nonton TV malem, pasti akhirnya ketiduran. Nggak nyangka nyamuk dirumah ahmad  banyak banget, entah udah berapa liter darahku yang sudah disedot sama nyamuknya ahmad. Akhirnya jam setengah 2 aku bangun karna nggak tahan sama nyamuk yang terus menggigit. Lalu aku pake semua senjataku (jaket, sarug tangan, kaos kaki, tutup kepala, slayer) untuk melindungi dari serangan nyamuk. Baru setelah itu aku bisa tidur dengan tenang.  
            Seperti rencana awal, bahwa keesokan harinya kita akan pergi ke guci. Nah benar saja, setelah sholat subuh kita langsung siap-siap untuk berangkat, tidak lupa sarapan dulu. Wah kali sarapannya pake bubur ayam, nyaemmmm…enak, hehehe. Apalagi rasanya, rasa bayar, he. Perjalanan dari pemalang ke guci kurang lebih 2 jam an, wah ternyata jauh banget ya. Tapi nggak apa2 namanya udah niat, apalagi 2 jam, sehari saja nggak masalah.
            Abis sarapan kita langsung berangkat, tidak lupa baca do’a agar selamat sampai tujuan, yaitu Semarang. Benarkan tujuan kita semarang bukan Guci, karna di Guci Cuma mampir. Perjalanan yang sangat luar biasa, pemandangan alam yang sangat mempesona. Dalam perjalanan kanan kiri masih banyak hutan ada juga kebun kelapa, jadi hawanya adem.
            Sekedar cerita, tentang gaya naik motor ahmad yang agak tidak terkontrol, hmmmm…sebenarnya itu membuatku takut, tapi aku berusaha untuk tetep tenang. Bagaimana tidak aku hampir saja terjatuh pas mau masuk jembatan, disitu jalannnya bergelombang dan ahmad langsung ditrabas jadi aku terpental untungnya masih dimotor. Nggak tahu kenapa kok ahmad bisa seperti itu, seolah-olah dia mengemudi tanpa ada yang bonceng. Harusnya seorang pengemudi itu memperhatikan keselamatan yang diboncengkannya, kecuali dia naik motornya sendiri.
            Control kemudinya masih kurang bagus, tidak sering juga mau nabrak kendaraan yang di depan. Jalan berlubang ditrabas begitu saja. Membuat jantung mau copot. Apalagi pas jalan berkelok yang naik turun, wah itu lebih ngeri lagi. Takutnya kalau beloknya terlalu melebar lalu ada kendaraan di depan, kan bisa bahaya. Ya semoga ahmad baca tulisan ini, agar lebih hati-hati kalau naik motor, he
            Ya itu sekelas tentang cara ahmad naik motor. Tapi rasa ketakutanku sedikit terobati ketika sudah sampai di daerah perbatasan tegal-pemalang. Pemandangannya semakin memukau, suasana pegunungan yang sejuk ditambah sinar mentari pagi yang menghangatkan. Samping kanan dan kiri jalan terbantang luas perkebuanan ada tanaman sayur mayor tomat, kol, wortel, cabe, bawang, dan masih banyak lagi ada juga tanaman stroberi dan persawahan dengan sistem terasering menambah pemandangan semakin indah.
            Suasananya benar-benar alami, asli suasana pegunungan dan pedesaan. Membuat hati ingat akan keagungan sang Maha Pencipta Allah SWT. Suasana yang tidak akan kita temukan diperkotaan daerah dataran rendah, yang penuh dengan asap kendaraan, polusi pabrik-pabrik industri dan hawanya yang panas karena jarang ada pohon. Ya meskipun di satu sisi perkotaan banyak menyediakan barang-barang kebutuhan manusia.
            Setelah melewati jalanan yang naik turun , ya maklum karena memang dearah pegunungan. Akhirnya kita sampai juga di Gerbang Wisata Air Panas Guci. Di sana kita disetop sama orang yang tidak dikenal, dan kita dipalaknya tapi cara malaknya sangat halus kita dimintai uang sebesar Rp. 15.000,- untuk orang 2, tapi abis itu kita dikasih tiket masuk, hehehe ya iyalah namanya juga penjaga pintu masuk.
            Kita pun masuk tanpa ragu dan terus melaju tanpa henti, ya karna kita nggak tahu dimana letak air panasnya, he…malah aku melihat banyak bis, kok disini ada terminal ya, pikirku…ternyata itu bukan terminal tapi parkir bis pariwisata yang berkunjung ke Guci. Wah nggak nyangka banyak sekali yang datang ke Guci, ya mungkin karna weekend juga. Jadi untuk mengisi liburan.
            Kita melaju terus tapi semakin lama kok semakin sepi, semakin ndak banyak rumah kita jadi tambah bingung ini sebenarnya benar nggak jalannya. Malah di depan kita bertemu sama 2 orang yang tidak dikenal, lagi-lagi kita mau dipalak. Kitapun melawan, “lho tadi depan kan udah bayar mas”. Tapi masnya melawan, “ya, kalau yang didepan untuk biaya masuk orangnya, kalau disini untuk motor ms,” wah akhirnya kita harus merogok saku yang semakin dalam, kita dimintai uang 5 ribu. “Motor masuk aja bayar 5 ribu, wah mending tadi jalan kaki, pikirku.” Ya udah lah gak apa-apa sudah terlanjur, tapi tidak akan terulang untuk yang kedua kalinya, hehehe.
            Setelah nanya sama orang-orang yang kita temui dijalan, walaupun kita sempet muter-muter bingung tanpa arah. Akhirnya kita menemukan tempat yang kita tuju, yaitu pemandian air panas Guci. Masih belum banyak orang, setelah parkir, sekedar ngasih tau parkirnya 3 ribu dan dibayar di depan. Habis itu kita langsung jalan menuju tempat pemandian. Banyak orang yang lagi mandi, tapi aku nggak berminat untuk mandi, ya meskipun tadi pagi belum mandi, hehehe.
            Tapi aku pengen raup (mencuci wajah), aku kaget setelah air menampar wajahku. Ternyata air disungai juga panas, kirain dingin. Wah….
            Aku masih penasaran dengan asal usul namanya guci, akhirnya aku memberanikan diri untuk bertanya sama petugas keamanan yang berjaga disana. Bapaknya cerita jadi dulu disni ada orang yang sakit dan ndak sembuh-sembuh, tiba-tiba ada wali Allah (orang yang dekat dengan Allah) datang. Beliau mengambil air di salah satu sungai dengan menggunakan guci, lalu mengobati orang sakit tersebut dengan cara menuang air di dalam guci. Jadi deh nama desa itu di sebut “Guci”. Owalah jadi gitu ceritanya…sudah bisa ditebak, pasti ada hubungannya dengan guci, tai gak tahu kalau ada kaitanyya dengan wali Allah.
            Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan tentang guci, di guci itu ada yang namanya pancuran 7, pancuran 5, pancuran 13. Yang pancuran 7 itu ada juru kuncinya, jadi tidak semua orang boleh kesana kecuali diijinkan sama juru kuncnya. Kalau pancuran 5 itu airnya langsung dari sumbernya tanpa ada perantara semacam pralon atau yang lainya, sedangkan kalau pancuran 13 itu tempat pemandian biasa seperti namanya jumlah pancurannya ada 13. Trus ada beberapa curug, tapi aku nggak berniat kesana. Bisa dibilang udah bosen lihat curug, paling gitu-gitu aja, apalagi ini musim kemarau pasti airnya sedikit.
            Selain itu ada tempat perkemahan juga, kayaknya seru deh kalau kemah disana. Kan tempat wisata jadi banyak oaring, he
            Setelah berkeliling disekitar guci, rasanya gak afdhol kalau pulang tanpa membawa oleh2. Aku jadi teringat temenku si “udin” yang minta dibawain oleh2. Dasar bocah bisanya cuma minta oleh2, tapi jarang bawa oleh2. Dari sekian banyak pedagang dengan berbagai macam dagangan, mulai dari makanan, pakaian, pernak-pernik, aku hanya tertarik dengan penjual sayur-mayur. Melihat sayur yang segar-segar membuatku jadi pengen beli. Ya udah tanpa piker panjang aku langsung mendekat dan coba memilih sayuran apa aja yang dijual. Setelah membolak-balik, aku menemukan ubi-uban khas pegunungan, orang2 menyebutnya “ganyong”, bentuknya seperti laos tapi gede. Dan rasanya kalau direbus, agak-agak manis dan kenyal gimana gitu, hehehe. Setelah itu aku juga tertarik sama tomat yang warnanya begitu mengggoda yaitu merah merona, satu lagi yang membuatku tertarik yaitu kentang, bentuknya yang bulet-bulet membuatku gemes dan membuatku pengen membawanya pulang. Setelah menawar-nawar akhirnya aku dapatkan harga Rp. 12.000,- untuk ketiga bungkus sayur tsb.
            Tapi masak si “udin” tak bawain sayur2an kaya gitu, apa ya dia mau makan. Akhirnya untuk memenuhi request si udin aku belikan dia apel kecil-kecil, dengan harga Rp. 10.000.-/plastik. Gantian si ahmad yang mau beli oleh-oleh, karena aku tadi habis beli sayur2an, sekarang ahmad mau beli makanan khas tegal, yaitu “krupuk” entah apa namanya. Yang pasti itu dari keluarga krupuk, hehehe. Tidak lupa menyisihklan uang untuk membeli bensin, karena uang kita memang terbatas.
            Setelah beli oleh-oleh udah saatnya untuk pulang ke Pemalang baru habis itu langsung cekout ke Semarang. Perjalanan ke pemalang begitu cepat seitar 1 setengah jam. Padahal waktu berangkat hampir 2 jam. Atau mungkin karena jalanya yang turun ya. Yang pasti gaya menyetir ahmad masih seperti biasa, control kemudinya kurang bagus. Berkali-kali membuat jantungku mau copot. Tapi Alhamdulillah akhirnya sampai juga di rumah ahmad. Dengan keadaaan masih utuh tentunya, he
            Pengembaraan yang luar biasa, meski agak menguras kantong. Tapi nggak apa-apa yang penting rasa penasaranku terobati. Oke kawan sudah saatnya untuk pulang ke semarang, karena nanti jam 4 aku ada acara. Setelah pamitan dengan keluarganya ahmad serta membawa barang-barang yang perlu kita bawa, kali ini kaya orang mau pindahan ada kompor gas, tabung gas, panic, serta oleh-oleh yang baru saja kita beli dari guci. Bener-bener kaya orang mau mudik. Sampai-sampai aku sulit bergerak, karena motornya udah penuh.
            Tapi Alhamdulillah sekali, akhinya sampai juga di Semarang dengan selamat. Saatnya untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
            Oke kawan2 itu tadi ceritaku waktu jalan-jalan ke guci. Nantikan pengembaraan yang selanjutnya. Tentu saja dengan cerita yang tidak kalah seru.

            Salam dari “Magister Pengelana”

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda