MEMBANGUN GENERASI BARU YANG BEBAS KORUPSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER - Gudang Ilmu

Monday, December 19, 2011

MEMBANGUN GENERASI BARU YANG BEBAS KORUPSI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER

“CALL FOR PAPER” SIMAPUDA2011


MEMBANGUN GENERASI BARU YANG BEBAS KORUPSI
DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER
Jenis Kegiatan: LOMBA PAPER

Diusulkan oleh:
Noor Cahyo L2E009060
Ahmad Zakaria L2F009050
Nur Arifah E2A009049
Verra Oktaviani H2C




UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala limpahan rahmat dan taufik-Nya, sehingga kita bisa menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Membangun Generasi Baru Yang Bebas Korupsi Dengan Pendidikan Karakter” ini dengan lancar dan tanpa halangan yang berarti.
Penulis juga berterima kasih terhadap pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan karya tulis ini. Penyusun mohon maaf karena tidak bisa menyebutkan namanya satu persatu.
Penyusun menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan.
Harapannya karya tulis ini dapat menjadi sebuah tulisan yang bermanfaat dan menginspirasi bagi para pembaca untuk perbaikan bagi Negara Indonesia ke depannya.

Semarang, 11 oktober 2011


Penulis














DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Balakang

Di tengah tumbuhnya perekonomian Indonesia pada tahun 2009, ternyata pada saat itu Indonesia juga merupakan negara yang terkorup di Asia Pasifik. Berdasarkan hasil survei pelaku bisnis yang dirilis Senin, 8 Maret 2010 oleh perusahaan konsultan “Political & Economic Risk Consultancy” (PERC) yang berbasis di Hong Kong dan Transfarency Internasional – Jerman, Indonesia adalah Negara yang terkorup dari 16 negara di Asia pasifik. Total responden adalah 2,174 dari berbagai kalangan eksekutif kelas menengah dan atas di Asia, Australia, dan Amerika Serikat.
Ini adalah sungguh sebuah prestasi, tapi prestasi yang sangat memalukan. Apa jadinya Negara Indonesia tercinta ini 5 sampai 10 tahun yang akan datang, jika para pejabat pemerintahan dan orang-orang yang terlibat di dalamnya terus menerus menguras uang Negara untuk kepentingan pribadinya?
Bagaimana Indonesia akan bebas dari korupsi jika para pemimpin negeri ini adlah 0orng-orang yang tidak memiliki karakter? Ya meskipun seperti itu, tapi KPK sudah banyak mengungkap kasus-kasus korupsi di negeri ini.
Pertanyaannya sampai kapan Indonesia akan terus mempertahankan posisi yang sangat memalukan ini? Meskipun pak Presiden dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sudah turun tangan langsung, tapi tetap saja kasus korupsi terus bermunculan. Seolah-olah para pejabat saling bergiliran untuk merampok dan menguras uang Negara.
Sudah banyak memang kasus korupsi yang sudah dipecahkan KPK. Dan pelakunya pun sudah mendapat hukuman yang sepantasnya. Tapi apa yang kita saksikan sangatlah mengherankan. Bagaimana seorang mantan koruptor bisa melakukan korupsi lagi setelah keluar dari hukuman? Ini sangatlah aneh, harus dengan hukuman seperti apa agar para koruptor bisa jera dan tidak melakukan korupsi lagi?
Disinilah pentingnya pendidikan karakter bagi generasi penerus bangsa. Jika suatu saat nanti mereka memimpin negeri ini, maka mereka tidak akan melakukan hal-hal yang dapat merugikan Negara.

Rumusan Maslah

Masalah korupsi di negeri ini memang harus segera diselesiakan. Dan menjadikan Negara Indonesia ini bebas dari korupsi. Lalu pertanyaannya, harus dengan cara apakah kita menjadikan Negara Indonesia ini bebas korupsi?

Tujuan Penulisan

Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan gagasan baru tentang bagaimana menjadikan negri Indonesia tercinta ini supaya bebas dari korupsi. Yaitu dengan cara membangun generasi baru yang benar-benar bebas dari korupsi melalui pendidikan karakter sejak dini.


Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan karya tulis ini antaa lain:
1. Mengetahui masalah-masalah korupsi yang ada di Indonesia.
2. Mengetahui peranan KPK dan pak presiden dalam membrantas korupsi.
3. Mengetahui betapa pentingnya pendidikan karakter itu.
4. Memberikan gagasan baru terkait bagaimana menjadikan Indonesia bebas korupsi.






TINJAUAN PUSTAKA

Korupsi
Korupsi adalah salah satu bentuk kejahatan kerah biru, yaitu kejahatan yang dilakukan oleh para pemegang kekuasaan di dalam sebuah pemerintahan. Tindakan korupsi tidak hanya merugikan Negara, tetapi juga menyengsarakan rakyat. Karena yang seharusnya dana itu untuk rakyat, malah diambil oleh para pejabat untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya.

Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi, atau disingkat menjadi KPK, adalah komisi di Indonesia yang dibentuk pada tahun 2003 untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Saat ini KPK dipimpin bersama oleh 4 orang wakil ketuanya, yakni Chandra Marta Hamzah, Bibit Samad Rianto, Mochammad Jasin, dan Hayono Umar, setelah Perpu Plt. KPK ditolak oleh DPR. Pada 25 November, M. Busyro Muqoddas terpilih menjadi ketua KPK setelah melalui proses pemungutan suara oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
Daftar Ketua KPK
No. Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan
1. Taufiequrachman Ruki
2003 2007
2. Antasari Azhar
2007 2009
3. Tumpak Hatarongan Panggabean 2009 2010
4. 2010 Sekarang

Data terbaru penanganan Kasus Korupsi oleh KPK tahun 2011
• 4 Oktober KPK menahan FL (Bupati Nias Selatan periode 2006 s.d. 2011) dalam dugaan tindak pidana korupsi memberikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelanggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajiban.
• KPK menetapkan Timas Ginting selaku pejabat pembuat komitmen di Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kawasan Transmigrasi (P2MKT) Kemenakertrans sebagai tersangka kasus dugaan korupsi pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), kasus ini juga menyeret Muhammad Nazaruddin dan istrinya Neneng Sri Wahyuni sebagai tersangka.
• 26 September Penyidik KPK menahan tersangka ME (Bupati Kabupaten Seluma)dalam pengembangan penyidikan dugaan tindak pidana korupsi pemberian hadiah di Pemerintah Kabupaten Seluma
• 28 September KPK menetapkan RSP (mantan Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan selaku Kuasa Pengguna Anggaran merangkap Pejabat Pembuat Komitmen) sebagai tersangka dalam dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan alat kesehatan I untuk kebutuhan Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dari dana DIPA Revisi APBN Pusat Penanggulangan Krisis Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Tahun Anggaran 2007
• 8 September KPK menahanan tersangka B (pemimpin Tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) dan MM (anggota tim Pemeriksa BPK-RI di Manado) atas dugaan penerimaan sesuatu atau hadiah berupa uang dari JSMR Wali Kota Tomohon periode 2005 s.d. 2010 terkait pemeriksaan Laporan Keuangan Daerah Kota Tomohon Tahun Anggaran (TA) 2007
• 25 Agustus KPK menangkap Kabag Program Evaluasi di Ditjen Pembinaan Pembangunan Kawasan Transmigrasi (P2KT) Dadong Irba Relawan , Sesditjen P2KT I Nyoman Suisnaya dan direksi PT Alam Jaya Papua Dharnawati terkait kasus korupsi di Kemenakertrans , kasus ini juga membuat menakertrans Muhaimin Iskandar dan menkeu Agus Martowardojo diperiksa.


Apa itu pendidikan karakter?
Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Pengertian makna pendidikan karakter atau konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural dikelompokan dalam: Olah Hati (Spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (Physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (Affective and Creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Pentingnya pendidikan karakter untuk membentuk pemimpin yang bebas korupsi!
Seberapa pentingkah pendidikan karakter itu? Maka jawabannya adalah sangat penting sekali. Karena dengan pendidikan karakter inilah seorang manusia akan memiliki sikap mendahulukan kepentingan orang dibandingkan dengan kepentingan pribadi, keluarga, atau kelompoknya. Dia juga akan memiliki sikap menghargai orang lain. Jika dia menjadi seorang pemimpin, dia pun akan menjadi pemimpin yang amanah terhadap apa yang sudah dibebankan kepadanya. Sehingga tidak akan ada lagi yang namanya korupsi di negeri ini.
Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator sebagai berikut:
1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
2. Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
3. Menunjukkan sikap percaya diri;
4. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
5. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
10. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
13. Menghargai karya seni dan budaya nasional;
14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
21. Memiliki jiwa kewirausahaan.





METODE PENULISAN
Sumber Dan Jenis Data
Data-data yang digunakan dalam karya tulis ini bersumber dari berbagai referensi atau literatur yang relevan dengan topik permasalahan yang dibahas. Validitas dan relevansi data dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan jenis data yang digunakan adalah data sekunder, baik kualitatif maupun kuantitatif.

Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan studi pustaka dengan menelusuri rujukan tekini yang terkait dengan topik utama permasalahan. Literatur yang digunakan adalah literature yang teruji validitasnya dan mendukung dalam peguraian masalah.

Analisis Data
Data yang terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data dengan menyusun secara sistematis dan logis. Teknik pegolahan data adalah dengan analisis diskriptif naratif, yaitu menggambarkan permasalahan mengenai korupsi dan pentingnya pendidikan karakter, kemudian dijelaskan bagaimana pendidikan karakter itu bisa membentuk pemimpin yang jujur, sehingga tidak melakukan korupsi.












ANALISIS DAN SINTESIS

Bentuk-Bentuk Pendidikan Karakter

1. Religius
• Pada setiap sesi awal selalu memulai dengan berdoa, dan pada sesi terakhir juga diakhiri dengan berdoa.
• Mengatur jadwal istirahat siang, sore dan malam sesuai dengan waktu Ibadah (khususnya untuk umat Islam), untuk memberi kesempatan kepada semua peserta melakukan ibadah..
• Penutupan diklat dilakukan lebih awal sebelum waktu Sholat Jumat.

2. Jujur
• Menekankan kepada para peserta diklat pentingnya kejujuran pada waktu mengisi instrumen EDS/M.
• Slogan yang dianjurkan pada saat mengisi instrumen EDS/M yang tertulis dalam buku panduan EDS/M adalah ‘tiada dusta di antara kita”.
• Tes individual pada hari terakhir supaya dikerjakan dengan penuh kejujuran.

3. Disiplin
• Mentaati semua aturan diklat hasil kesepakatan bersama (komitmen peserta diklat dibuat secara bersama-sama pada awal kegiatan).
• Peserta diklat, fasilitator, dan nara sumber mentaati waktu masuk, istirahat dan mengakhiri sesi sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
• Kerapihan dalam berpakaian dan bertindak.

4. Kerja Keras
• Pada saat pemberian tugas untuk diskusi selalu menggunakan pedoman waktu untuk ditaati dalam penyelesaian tugas, tidak boleh bersantai-santai.
• Mengkompetisikan kelompok diskusi pada setiap memecahkan masalah.

5. Mandiri
• Pada diklat ini setiap peserta supaya membawa laptop dan diberi materi dalam bentuk softcopy yang terdapat pada CD, sehingga peserta diharapkan dapat belajar mandiri dari softcopy tersebut baik di penginapan maupun di tempat diklat.
• Pada saat post tes secara individual, peserta diharapkan dapat mengerjakan secara mandiri permasalahan yang diberikan oleh fasilitator.

6. Semangat kebangsaan
• Pada pembukaan diklat ada upacara pembukaan yang di antaranya menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
• Setiap kelompok terdiri dari berbagai suku, agama, etnis, yang diberi tugas bersama untuk menyelesaikan kasus yang diberikan oleh fasilitator.
7. Cinta Tanah Air
• Pada acara pembukaan dan penutupan peserta dihimbau untuk berpakaian batik, yang merupakan ciri khas Indonesia.
• Snack yang disajikan kepada peserta diklat berupa makanan khas tradisional yang berasal dari seluruh pelosok Indonesia.
• Selalu menghimbau untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Sebenarnya masih banyak lagi bentuk-bentuk dari pendidikan karakter. Tapi 7 sikap ini adalah sebagai dasar yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sejati. Setelah mengetahui bentuk-bentuk dari pendidikan karakter, maka selanjutnya adalah mengetahui tahapan-tahapan pendidikan karakter.

Tahapan-Tahapan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter pada dasarnya adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik (insan kamil). Tumbuh dan berkembangnya karakter yang baik akan mendorong peserta didik tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Masyarakat juga berperan membentuk karakter anak melalui orang tua dan lingkungannya.

Karakter dikembangkan melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja. Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut. Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan (mengerjakan) nilai-nilai kebajikan (moral).

Arah Dan Sasaran Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari upaya pencapaian visi pembangunan nasional sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005—2025, yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembang-nya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Sasaran pendidikan karakter adalah seluruh Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia negeri maupun swasta. Semua warga sekolah, meliputi para peserta didik, guru, karyawan administrasi, dan pimpinan sekolah menjadi sasaran program ini. Sekolah-sekolah yang selama ini telah berhasil melaksanakan pendidikan karakter dengan baik dijadikan sebagai best practices, yang menjadi contoh untuk disebarluaskan ke sekolah-sekolah lainnya.
Melalui program ini diharapkan lulusan SMP memiliki keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia, kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi budaya sekolah.
Penerapan Pendidikan Karakter
Sekarang masih jarang SMA (Sekolah Menengah Atas) yang menerapkan sistem pendidikan karakter, kecuali SMA-SMA yang yang berbasis pondok pesantren. Karena memang pendidikan karakter sulit untuk bisa diterapkan, jika para peserta didik tidak di asrmakan. Karena melalui asrama inilah karakter seorang anak akan dibentuk. Dengan kedisiplinan yang di terapkan di asrama tersebut mau tidak mau anak tersebut akan terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan disiplin yang lama kelamaan akan menjadi karakter di dalam diri seorang anak.
Masalahnya disini adalah jika sebuah SMA mengasramakan siswanya maka sekolah tersebut harus membangun asrma untuk siswanya. Dan siswa akan di tarik tambahan biaya untuk itu. Padahal biaya pendidikan sekarang mahal, bahkan banyak anak-anak yang putus sekolah hanya karena tidak mampu membayar biaya sekolah.
Jadi disini kita punya masalah yang serius, dimana masalahnya jika diatasi atau dicari jalan keluarnya maka system pendidikan yang berbasis pendidikan karakter sulit diterapkan di Negara kita. Namun inilah mengapa karya tulis ini dibuat?
Untuk mengatasi masalah ini kita tidak bisa lepas dari peran keluarga, sekolah dan juga pemerintah. Keluarga adalah tempat pertama anak menerima pendidikan, jika pendidikan pertama ini tidak baik, maka nanti akan memperanguhi karakter anak dimasa mendatang. Jadinya anak akan memiliki karakter yang tidak diinginkan. Peran keluarga disini sangatlah penting, sehingga diharapkan kepada para orang tua untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya. Jadi ketika anak nanti berada diluar rumah, ia bisa menyesuaikan dengan lingkungan dimana ia bergaul. Dan ia akan mudah untuk diterima oleh teman sepergaulannya.
Untuk bentuk pendidikan karakter yang bisa diberikan oleh para orang tua sudah disebutkan pada subbab sebelumnya. Yaitu diantaranya, kedisiplinan, kejujuran, ketegasan, kemandirian, dan kerja keras. Ini penting karena itu akan menjadi karakter anak di masa mendatang.
Peran orang tua disini sangatlah penting, jadi diharapkan orang tua bisa menyadari akan hal ini. Disini juga tidak lepas dari peran pemerintah untuk melakukan sosialisasi kepad masyarakat agar memberikan pendidikan karakter kepada anak-anaknya.
Peran pemerintah disini juga penting, salah satunya adalah sosialisasi kepada sekolah-sekolah agar menerapkan pendidikan karakter. Karena pendidikan di sekolah ini juga berpengaruh kepada karakter seorang anak. Pemerintah harusnya sangat mendukung progam ini. Karena ini juga demi perbaikan Negara Indonesia sendiri. Bentuk dukungan ini bisa berupa mendirikan sekolah-sekolah yang menerapkan sistem pendidikan karakter, baik di SMP maupun SMA.
Sehingga para generasi para penerus bangsa ini adalah orang yang jujus, amanah,dan, dapat dipercaya. Jadi tidak ada lagi yang namanya korupsi di negeri ini.
Lalu peran yang terakhir adalah dari sekolah itu sendiri. Sekolah-sekolah yang ada harusnya juga punya inisiatif untuk menerapakan sistem pendidikan karakter. Jika sekolah-sekolah belum bisa memberikan akomodasi, maka masih banyak alternatif lain yang bisa dilakukan. Seperti penerapan kedisiplianan, yaitu dengan cara memberikan sangsi bagi peserta didik yang terlambat masuk. Kejujuran dengan cara memberikan sangsi kepada siswa yang menyontek. Kerja keras derngan memberikan tugas yang sekiranya itu akan membuat siswa bekerja keras. Kemandirian dengan cara memberikan pendidikan wirasusaha, mungkin bisa dengan mengelola kantin dan koperasi atau mungkin dengan tugas—tugas yang lain.
Jika itu semua bisa diterapkan oleh sekolah-sekolah, maka generasi penerus bangsa ini adalah orang yang memlliki kredibilitas tinggi. Sehingga jika jdai pemimpin ia pun dapat dipercaya.
Jadi untuk menerapkan pendidikan karakter harus ada kerjasama antara 3 elemen diatas. Jika salah satu dari elemen itu tidak berfungsi maka pendidikan karakter di negeri ini pun sulit untuk diterapkan. Jika tidak ada pendidikan karakter maka tidak akan ada generasi penerus yang dapat dipercaya untuk dijadikan pemimpin.






























KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
korupsi di negeri ini tidak bisa dihilangkan hanya dengan menangkap si pelaku. Karena seperti kenyataan yang ada bahwa setiap kali oknum pejabat keluar dari hukuman ia tidak malu-malu melakukan korupsi lagi. Meskipun uang Negara dapat dikembalikan, tapi nanti pasti ada kasus korupsi lagi. Sehingga proses inipun tidak akan berhenti, kecuali adanya sebuah generasi baru yang memiliki karakter pemimpin sejati.
Untuk melahirkan generasi baru yang memiliki karakter pemimipin sejati, maka perlu adanya pendidikan karakter bagi para penerus bangsa ini. Untuk menerapkan pendidikan karakter perlu adanya kerjasama antara 3 elemen, yaitu keluarga, pemerintah dan sekolah-sekolah formal yang ada. Jika ada salah satu diantara 3 elemen itu yang tidak berfungsi, maka pembentukan karakter bagi anak akan sulit untuk dilakukan.
Harapannya setiap elemen melakukan perannya masing-masing. Sehingga proses pendidikan karakter ini akan berjalan dengan baik dan seimbang. Jadi akan dihasilkan generasi-generasi baru yang memiliki kredibilitas, ketika menjadi seorang pemimpin.
Jadi negeri ini bisa bebas dari korupsi jika para pemimpinnya memiliki karakter yang diperoleh dari pendidikan karakter sejak kecil. Jika generasi yang memiliki karakter ini tidak dibentuk, maka kasus korupsi akan terus ada di negeri ini.

Saran
Konsep penerapan pendidikan karakter ini masih kurang detail. Sehingga butuh rincian yang jelas terkait karya tuis ini. Agar konsep pendidikan karakter yang dijelaskan diatas dapat diterpakan di sekolah-sekolah yang ada.
Selain itu perlu adanya sebuah survei lebih lanjut di sekolah-sekolah yang ada sehingga bisa diketahui model pendidikan karakter apa yang bisa diterapkan di sekolah tersebut.

Bagikan artikel ini

1 comment