She'Jasmine
Ayda Az-zahra
Apakah membunuh ular dan
semut itu berdosa ?
JAWABAN
:
Masaji
Antoro
Dalam al-Mausuu’ah
al-Fiqhiyyah 17/283 dijelaskan :
م
- مَا يُكْرَهُ قَتْلُهُ مِنَ الْحَشَرَاتِ :
كَرِهَ
الشَّارِعُ قَتْل بَعْضِ الْحَشَرَاتِ كَالضُّفْدَعِ لِمَا رَوَى عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ عُثْمَانَ قَال : ذَكَرَ طَبِيبٌ عِنْدَ رَسُول اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَوَاءً ، وَذَكَرَ الضُّفْدَعَ يُجْعَل فِيهِ ،
فَنَهَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْل الضُّفْدَعِ
(1) .
وَقَال
صَاحِبُ الآْدَابِ الشَّرْعِيَّةِ (2) : ظَاهِرُهُ التَّحْرِيمُ .
وَكَرِهَ
قَتْل النَّمْل وَالنَّحْل ، لِمَا رَوَى ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
قَال : نَهَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ قَتْل
أَرْبَعٍ مِنَ الدَّوَابِّ : النَّمْلَةُ ، وَالنَّحْلَةُ ، وَالْهُدْهُدُ ،
وَالصُّرَدُ (3) .
وَاسْتَثْنَى
الْفُقَهَاءُ النَّمْل فِي حَالَةِ الأَْذِيَّةِ ، فَإِِنَّهُ حِينَئِذٍ يَجُوزُ
قَتْلُهُ .
وَفَصَّل
الْمَالِكِيَّةُ ، فَأَجَازُوا قَتْل النَّمْل بِشَرْطَيْنِ : أَنْ تُؤْذِيَ ،
وَأَنْ لاَ يَقْدِرَ عَلَى تَرْكِهَا ، وَكَرِهُوهُ عِنْدَ الإِِْذَايَةِ مَعَ
الْقُدْرَةِ عَلَى تَرْكِهَا ، وَمَنَعُوهُ عِنْدَ عَدَمِ الإِِْذَايَةِ ، وَلاَ
فَرْقَ عِنْدَهُمْ فِي ذَلِكَ بَيْنَ أَنْ تَكُونَ الإِِْذَايَةِ فِي الْبَدَنِ
أَوِ الْمَال .
__________
(1)
حديث : نهى عن قتل الضفدع . أخرجه النسائي ( 7 / 420 ط المكتبة التجارية ) والحاكم
( 4 / 411 ط دائرة المعارف العثمانية ) وصححه ووافقه الذهبي
(2)
الآداب الشرعية 3 / 369
(3)
حديث : " نهى عن قتل أربع من الدواب " . أخرجه أبو داود ( 5 / 418 - 419 - تحقيق
عزت عبيد دعاس ) وجود إسناده ابن مفلح المقدسي في " الآداب الشرعية " ( 3 / 373 - ط
المنار ) .
وَقَدْ
ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ إِِلَى جَوَازِ قَتْل الْحَشَرَاتِ ،
لَكِنَّ الْمَالِكِيَّةَ شَرَطُوا لِجَوَازِ قَتْل الْحَشَرَاتِ الْمُؤْذِيَةِ أَنْ
يَقْصِدَ الْقَاتِل بِالْقَتْل دَفْعَ الإِِْيذَاءِ لاَ الْعَبَثَ ، وَإِِلاَّ
مُنِعَ حَتَّى الْفَوَاسِقُ الْخَمْسُ الَّتِي يُبَاحُ قَتْلُهَا فِي الْحِل
وَالْحَرَمِ .
وَقَسَمَ
الشَّافِعِيَّةُ الْحَشَرَاتِ إِِلَى ثَلاَثَةِ أَقْسَامٍ :
الأَْوَّل
: مَا هُوَ مُؤْذٍ مِنْهَا طَبْعًا ، فَيُنْدَبُ قَتْلُهُ كَالْفَوَاسِقِ الْخَمْسِ
، لِحَدِيثِ عَائِشَةَ قَالَتْ : أَمَرَ الرَّسُول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَتْل خَمْسِ فَوَاسِقَ فِي الْحَرَمِ : الْحِدَأَةُ ، وَالْغُرَابُ ،
وَالْفَأْرَةُ ، وَالْعَقْرَبُ ، وَالْكَلْبُ الْعَقُورُ (1) وَأُلْحِقَ بِهَا
الْبُرْغُوثُ وَالْبَقُّ وَالزُّنْبُورُ ، وَكُل مُؤْذٍ .
الثَّانِي
: مَا يَنْفَعُ وَيَضُرُّ فَلاَ يُسَنُّ قَتْلُهُ وَلاَ يُكْرَهُ .
الثَّالِثُ
: مَا لاَ يَظْهَرُ فِيهِ نَفْعٌ وَلاَ ضَرَرَ كَالْخَنَافِسِ ، وَالْجُعْلاَنِ ،
وَالسَّرَطَانِ فَيُكْرَهُ قَتْلُهُ .
وَيَحْرُمُ
عِنْدَهُمْ قَتْل النَّمْل السُّلَيْمَانِيِّ ، وَالنَّحْل وَالضُّفْدَعِ ، أَمَّا
غَيْرُ السُّلَيْمَانِيِّ ، وَهُوَ الصَّغِيرُ الْمُسَمَّى بِالذَّرِّ ، فَيَجُوزُ
قَتْلُهُ بِغَيْرِ الإِِْحْرَاقِ ، وَكَذَا بِالإِِْحْرَاقِ إِنْ تَعَيَّنَ
طَرِيقًا لِدَفْعِهِ .
وَذَهَبَ
الْحَنَابِلَةُ إِِلَى اسْتِحْبَابِ قَتْل كُل مَا كَانَ طَبْعُهُ الأَْذَى مِنَ
الْحَشَرَاتِ ، وَإِِنْ لَمْ يُوجَدْ مِنْهُ أَذًى قِيَاسًا عَلَى الْفَوَاسِقِ
الْخَمْسِ ، فَيُسْتَحَبُّ عِنْدَهُمْ قَتْل الْحَشَرَاتِ الْمُؤْذِيَةِ
كَالْحَيَّةِ ، وَالْعَقْرَبِ ، وَالزُّنْبُورِ ، وَالْبَقِّ ، وَالْبَعُوضِ
،
__________
(1)
الحديث سبق تخريجه ف / 7
وَالْبَرَاغِيثِ
، وَأَمَّا مَا لاَ يُؤْذِي بِطَبْعِهِ كَالدِّيدَانِ ، فَقِيل : يَجُوزُ قَتْلُهُ
، وَقِيل : يُكْرَهُ ، وَقِيل : يَحْرُمُ .
وَقَدْ
نَصُّوا عَلَى كَرَاهَةِ قَتْل النَّمْل إِلاَّ مِنْ أَذِيَّةٍ شَدِيدَةٍ ،
فَإِِنَّهُ يَجُوزُ قَتْلُهُنَّ ، وَكَذَا الْقُمَّل (1) .
__________
(1)
تبيين الحقائق 2 / 66 ، بدائع الصنائع 2 / 196 ، والفواكه الدواني 2 / 455 ، 456 ،
حاشية الجمل 5 / 273 ، نهاية المحتاج 3 / 343 ، 344 ط مصطفى الحلبي ، كشاف القناع 2
/ 439 ، الإقناع 2 / 235
(2)
سورة المائدة / 95
JENIS
BINATANG KECIL BUMI YANG MAKRUH DIBUNUH
Syariat agama melarang
membunuh sebagian jenis binatang seperti katak berdasarkan riwayat dari Abdur
Rohman Bin Utsman “Seorang tabib menjelaskan obat di sisi Rosulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam, kemudian ia menyebut katak, Rosulullah kemudian
melarang membunuh katak” (HR an-Nasaai VII/420, Hakim IV/411 dishahihkan oleh
adz-Dzahabi)
Bahkan pengarang kitab
‘Adaab asy-syar’iyyah’ cendurung memilih hokum haram (Adaab asy-syar’iyyah
III/369)
Makruh hukumnya membunuh
semut dan lebah berdasarkan hadits riwayat Ibnu ‘Abbas ra “Rosulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang membunuh empat binatang, semut, lebah,
burung hudhud dan burung shurrod” (HR. Abu Daud V418-419)
Para Ulama Fiqih membatasi
pelarangan hukum membunuh binatang semut diatas terhadap semut yang menyakiti,
mereka menyatakan dalam kondisi semacam ini semut boleh dibunuh.
Sedangkan kalangan madzhab
malikiyyah merinci bolehnya membunuh semut dengan dua ketentuan yaitu saat ia
menyakiti dan tidak mampu dihindari, mereka memakruhkan membunuhnya bila masih
mampu dihindari dan mengharamkan membunuhnya saat semutnya tidak menyakiti baik
menyakiti pada tubuh atau harta.
Kalangan hanafiyyah dan
malikiyyah memperbolehkan membunuh binatang serangga hanya saja menurut kalangan
malikiyyah diperbolehkan membunuh serangga yang menyakiti bila tujuan saat
membunuhnya untuk menolak penganiayaannya bukan sekedar main-main bila sekedar
main-main maka haram membunuhnya bahkan hingga pembunuhan terhadap lima binatang
‘fawaasiq’ yang diperkenankan dibunuh ditanah haram ataupun tanah halal.
Kalangan Syafi’iyyah
membagi binatang serangga menjadi tiga bagian :
• Binatang yang perangainya
memang menyakiti, maka sunah membunuhnya seperti binatang ‘fawaasiq’ yang lima
berdasarkan hadits riwayat ‘Aisyah ra “Rosulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan membunuh binatang ‘fawaasiq’ yang lima ditanah haram yaitu :
Burung rajawali, burung gagak, tikus, kalajengking dan anjing buas”.Disamakan
hukumnya , nyamuk, kutu, kumbang besar dan setiap binatang yang
menyakiti.
• Binatang yang bermanfaat
tapi membahayakan maka membunuhnya tidak sunah dan tidak makruh.
• Binatang yang tidak
tampak manfaat dan bahayanya seperti kumbang besar dan kepiting hitam maka
makruh membunuhnya.
Menurut kalangan Syafiiyyah
haram hukumnya membunuh semut ‘sulamany’, lebah dan katak, sedang selain semut
‘sulamany’ boleh dibunuh dengan cara tidak membakarnya, namun bila membakar
adalah jalan satu-satunya hukumnya juga boleh.
Kalangan hanabilah menilai
membunuh serangga yang perangainya memang menyakiti seperti ular, kalajengking,
kumbang besar, kutu dan nyamuk hukumnya suanah meski saat dibunuh tidak sedang
menyakiti. (Tabyiin alHaqaaiq II/66, Badaa-I’ as-shonaa-I’ II/196, alFawaakih
ad-Dawaany II/455, Hasyiyah aljamal V/273, Nihaayah alMuhtaaj III/343, Kasyf
alqanaa’ II/439, dan al-Iqna’ II/235. Wallahu A’lamu bis Showaab.
CATATAN
:
Reptil (binatang melata) adalah
sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah dingin dan memiliki sisik yang
menutupi tubuhnya. Reptilia adalah tetrapoda (hewan dengan empat tungkai) dan
menelurkan telur yang embrionya diselubungi oleh membran amniotik. Sekarang ini
mereka menghidupi setiap benua kecuali Antartika, dan saat ini mereka
dikelompokkan sebagai:
oOrdo Crocodilia (buaya,
garhial, caiman, dan alligator): 23
spesies
·Ordo Sphenodontia (tuatara
Selandia Baru): 2 spesies
·Ordo Squamata (kadal, ular
dan amphisbaenia ("worm-lizards")): sekitar
7.900 spesies
·Ordo Testudinata
(kura-kura, penyu, dan terrapin): sekitar 300 spesies
Mayoritas reptil adalah
ovipar (bertelur) meski beberapa spesies Squamata bersifat vivipar (melahirkan).
Reptil vivipar memberi makan janin mereka menggunakan sejenis plasenta yang
mirip dengan mamalia.
Ukuran reptil bervariasi,
dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus
ariasae)
hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus
porosus).
Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah
herpetologi.
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca "insekta") adalah
kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga
pasang); karena itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang
berarti "berkaki enam").
Kajian mengenai peri
kehidupan serangga disebut entomologi[1] Serangga termasuk dalam kelas insekta
(subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain Diptera
(misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera (misalnya semut,
lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu dan ngengat). Kelompok
Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga dewasanya tidak memiliki
sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam kelompok Pterigota karena memiliki
sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di
bumi.